ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PNEMUONIA DAN CEREBRAL PALCY

Konsep Dasar
1.      Pneumonia
a.      Pengertian
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius (Brunner Suddart 2001). Pneumonia adalah suatu proses inflamasi dimana kompartemen alveolar terisi oleh eksudat. Pneumonia merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi pada klien lanjut usia (Hudak cit Niluh dan Christantie 2004).


b.      Etiologi
1)      Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa):
a)      Streptococcus pneumonia
Pneumonia yang disebabkan oleh Streptococcus pneumonia adalah bentuk infeksi bakteri paru yang paling sering memerlukan perawatan di rumah sakit, ia dapat terjadi pada setiap kelompok umur. Infeksi ditandai oleh kenaikan suhu yang sangat cepat dan batuk produktif sputum seperti karat besi. Penderita biasanya dispnea dan sering mengeluh nyeri dada pleuritis. Angka mortalitas untuk bentuk pneumonia ini tetap pada 15-20% walaupun tersedia terapi kuratif antibiotik.
b)      Mycoplasma pneumonia
Infeksi paru yang disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae paling sering didiagnosis pada orang dewasa muda dan anak-anak. Pneumonia mikoplasma umumnya ringan, dengan gejala demam dan batuk. Penyakit ini mulanya perlahan-lahan dengan gejala nonspesifik seperti sakit kepala, malaise, dan demam.
c)      Legionella spesies
Legionella spesies adalah penyebab pneumonia yang relatif sering pada orang dewasa, menyebabkan infeksi paru dari sebagian besar penderita rumah sakit. Infeksi ini umumnya datang dengan kaku, demam, dan gejala saluran pernapasan, tetapi permulaannya agak kurang mendadak daripada pneumonia yang disebabkan oleh S. pneumonia.
d)      Haemophilus influenza
Haemophilus influenzae adalah penyebab lazim infeksi saluran pernapasan bawah pada anak-anak, tetapi manifestasi paling dramatis epiglotis atau meningtidis.
2)      Virus: virus influenza, chicken-pox (cacar air).
Infeksi virus umumnya epidemi dalam masyarakat dan umumnya terbatas pada saluran pernafasan bagian atas. Virus merupakan penyebab pneumonia tersering pada anak-anak, tetapi kasus pneumonia oleh virus pada orang dewasa hanya sebesar 10%. Seseorang dengan penyakit kronik atau usia lanjut lebih rentan terhadap penyakit ini. Gejala dan tanda yang khas dari penyakit ini adalah sakit kepala, demam, nyeri otot yang menyeluruh, letih luar biasa, dan batuk kering. Kebanyakan pneumonia ini lebih ringan dan tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak mengakibatkan kerusakan paru yang menetap. Penyebab tersering adalah virus influenza tipe A, tipe B dan Adenovirus.
Pengobatan pneumonia virus adalah simtomatik dan paliatif, karena antibiotik tidak efektif terhadap virus. Vaksinasi dapat memberi perlindungan dalam jangka waktu tertentu, tetapi tidak memberikan perlindungan terhadap tipe-tipe virus lainnya yang dapat menimbulkan infeksi pernapasan. Pneumonia virus dapat merupakan media invasi sekunder oleh bakteri. Timbulnya pneumonitis berbecak pada pneumonia virus lebih jarang terjadi, tetapi bersifat fatal.
3)      Jamur tertentu.
Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui:
a)      Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar
b)      Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain
c)      Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru
Pneumonia pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh bakteri, yang tersering yaitu bakteri Streptococcus pneumoniae (pneumococcus). Pneumonia pada anak-anak paling sering disebabkan oleh virus pernafasan, dan puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun. Pada usia sekolah, pneumonia paling sering disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae
c.       Patofisiologi
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), tentang pneumonia: Pada individu yang sehat, patogen yang mencapai paru dikeluarkan atau tertahan dalam pipi melalui mekanisme pertahanan diri seperti reflek batuk, klirens mukosiliaris, dan fagositosis oleh makrofak alveolar. Pada individu yang rentan, pathogen yang masuk ke dalam tubuh memperbanyak diri, melepaskan toksin yang bersifat merusak dan menstimulasi respon inflamasi dan respon imun, yang keduanya mempunyai efek samping merusak. Reaksi antigen-antibodi dan endotoksin yang dilepaskan oleh beberapa mikroorganisme merusak membran mukosa bronchial dan membran alveolokapilar.
Inflamasi dan edema menyebabkan sel-sel acini dan bronchioles terminalis terisi oleh debris infeksius dan eksudat, yang menyebabkan abnormalitas ventilasi-perfusi. Jika pneumonia disebabkan oleh staphylococcus atau bakteri gram-negatif dapat terjadi juga nekrosis parenkim paru  (Niluh dan Christantie, 2004).

d.      Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia menurut anatominya:
1)      Pneumonia lobaris
Pneumonia lobaris adalah peradangan pada paru dimana proses peradangannya ini menyerang lobus paru. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses keganasan. Pneumonia lobaris lebih sering ditimbulkan oleh invasi bakteri. Jarang ditemukan pada bayi dan orang tua.
2)      Pneumonia lobularis
Pneumonia lobularis atau biasa disebut juga bronkopneumonia yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus.
3)      Pneumonia interstitial
Penyakit paru interstisial yang tidak diketahui penyebabnya. Penyakit ini mempengaruhi kerja paru-paru yang lain. Sebagian besar penderita penyakit ini terus memburuk kesehatannya. Biasanya terjadi pada perokok atau mantan perokok. Kebanyakan orang menyebabkan sesak napas bahkan dengan sedikit gerakan.
Klasifikasi pneumonia menurut WHO (2009) :
Pneumonia pada usia 2 bulan hingga 5 tahun
1)      Pneumonia ringan
Diagnosis:
a)      Disamping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja. Napas cepat:
(1)   Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit
(2)   Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun  : ≥ 40 kali/menit
b)      Pastikan bahwa anak tidak mempunyai tanda-tanda pneumonia berat.
2)        Pneumonia berat
Diagnosis:
a)      Kepala terangguk-angguk
b)      Pernapasan cuping hidung
c)      Tarikan dinding dada bagian bawah kedalam
d)     Foto dada menunjukan gambaran pneumonia( infiltrat luas, konsolidas)
e)      Suara merintih (grunting) pada bayi muda
f)       Pada auskultasi terdengar:
(1)   Crackles (ronki)
(2)   Suara pernapasan menurun
(3)   Suara pernapasan bronchial
3)        Pneumonia sangat berat
Diagnosis:
a)      Kepala terangguk-angguk
b)      Pernapasan cuping hidung
c)      Tarikan dinding dada bagian bawah kedalam
d)     Foto dada menunjukan gambaran pneumonia( infiltrat luas, konsolidas)
e)      Suara merintih (grunting) pada bayi muda
f)       Pada auskultasi terdengar:
(1)      Crackles (ronki)
(2)      Suara pernapasan menurun
(3)      Suara pernapasan bronchial

e.       Manifstasi Klinis
Manifestasi klinis pneumonia bergantung pada lokasi dan keluasan paru yang terkena (misal segmen ataun lobus), penyebab pneumonia, dan kondisi klien secara keseluruhan (Hunneman cit  Niluh dan Christantie (2004). Temuan subjektif pada klien pneumonia termasuk dispnea, takipnea, nyeri dada pleuritik, demam menggigil, hemoptitis, atau batuk produktif dengan sputum berbusa atau purulen. Temuan objektif termasuk demam, membebat hemotoraks yang sakit, hipoksemia, bunyi pekak saat perkusi, krakles dan tidak ada bunyi nafas pada bidang paru yang sakit. Rontgent dada mungkin menunjukkan infiltrate, konsolidasi, atau opasifikasi (Niluh dan Christantie, 2004).
Nadi cepat dan bersambung (bounding). Nadi biasanya meningkat sekitar 10 kali/menit untuk setiap kenaikan 1 derajat celcius. Bradikardia relatif untuk suatu demam tingkatan tertentu dapat menandakan infeksi virus, inveksi mycoplasma, atau infeksi dengan spesies legionella. (Brunner dan Suddarth 2002).
Pada banyak kasus pneumonia, pipi berwarna kemerahan, warna mata menjadi lebih terang, dan bibir serta bidang kuku sianotik. Pasien lebih menyukai untuk duduk tegak di tempat tidur dengan condong ke arah depan, mencoba untuk mencapai pertukaran gas yang adekuat tanpa mencoba untuk batuk atau nafas dalam. Pasien banyak mengeluarkan keringat. Sputum berbusa, bersemu darah sering dihasilkan pada pneumonia pneumokokus, stafilokokus, klepsiella sering juga mempunyai sputum yang kental; sputum H. infuenzae biasanya berwarna hijau. (Brunner dan Suddarth 2002).
WHO telah menggunakan perhitungan frekuensi napas per menit berdasarkan golongan umur sebagai salah satu pedoman untuk memudahkan diagnosa pneumonia yaitu:
1)      Anak umur < 2 bulan                    : ≥ 60 kali per menit

Facebook Twitter RSS